ARTHUR THE KING (2024) – FILM ANJING BERPADU SPORT ADVENTURE MENEGANGKAN PENUH HATI

Mark Wahlberg dikenal sebagai seorang aktor besar yang juga kerap menjadi produser film-film yang ia bintangi sendiri. Salah satunya adalah film Arthur The King yang diadaptasi dari buku non-fiksi berjudul Arthur– The Dog Who Crossed The Jungle to Find a Home karya Mikael Lindnord yang didasarkan pada kisah inspiratif hubungan antara Mikael dengan anjing liar bernama Arthur saat mengikuti lomba Adventure Racing di Republik Dominika pada tahun 2014.

Disutradarai oleh Simon Cellan Jones dan dibintangi oleh Mark Wahlberg, Simu Liu, Nathalie Emanuelle, Juliet Rylance serta Ali Suliman, Arthur The King tayang di bioskop Indonesia mulai 22 Maret 2024.

Sinopsis

Beberapa tahun sejak lomba Adventure Racing terakhirnya yang berakhir memalukan, Michael (Mark Wahlberg) masih menyimpan hasrat dan mimpi kembali berlomba untuk terakhir kalinya dan membuktikan dirinya adalah sosok pemenang. Dengan dukungan sang istri sekaligus mantan anggota timnya, Michael pun kembali mengumpulkan tim baru untuk mengikuti lomba berikutnya di Republik Dominika.

Dengan dukungan sponsor dan tim baru dalam sosok Olivia (Nathalie Emanuelle) sang ahli panjat tebing dan sang navigator Chik (Ali Suliman) serta mantan anggota tim Michael yang kerap melawan, Leo (Simu Liu), Michael pun ikut lomba adventure racing yang ekstrim mengelilingi hutan tropis Dominika dalam 5 hari lebih dengan berlari, trekking, panjat tebing, bersepeda dan balap kayak. Berbagai rintangan mereka lalui dalam kepemimpinan Michael, dan perjuangan mereka ditemani oleh seekor anjing liar misterius yang mengikuti mereka sejak hari pertama bahkan menyelamatkan mereka dari ancaman jurang. Michael pun menamainya Arthur dan menjadikan Arthur sebagai anggota tim ke-5.

Ulasan

Menyebut Arthur The King sebagai film tentang anjing memang tidak salah, namun film ini bukan tentang karakter anjing bernama Arthur saja, karena film berdurasi 90 menit ini juga memiliki fokus pada sosok Michael yang ingin membuktikan dirinya pada lomba olahraga Adventure Racing yang ekstrim dan menegangkan.

Naskah yang ditulis oleh Michael Brandt (3:10 To Yuma, series Chicago Fire) dengan cermat mengisahkan dilema kehidupan yang dihadapi Michael yang telah berkeluarga dengan 1 anak, namun tidak bahagia dengan pekerjaannya sebagai marketing di perusahaan jual beli properti ayahnya. Jiwa Michael di luar sana, di olahraga adventure racing, dimana kekuatan, daya tahan tubuh, kemampuannya bertahan hidup dipertaruhkan dalam ajang lomba yang diadakan lomba tahunan tersebut.

Brandt mampu menangkap sisi humanis Michael dengan baik, sebagai sosok yang ingin membuktikan diri. Begitupun tiga anggota tim lain. Semua memiliki motivasi kuat yang menjadikan ajang lomba dalam film jadi stakes yang believeable untuk diperjuangkan. Namun, sayangnya saat terlalu sibuk dengan sosok manusia, film ini kurang memberi latar belakang meyakinkan pada sosok anjing jagoan. Pertemuannya dengan Michael di perempat awal film tidak dilatari penggambaran yang jelas, hingga apa yang dialami Arthur di akhir film seakan terasa tiba-tiba.

Untungnya persoalan minor tersebut tidak terlalu mengganggu berjalannya film, sutradara Simon Cellan Jones yang sudah dipercaya Wahlberg di The Family Plan dengan baik menampilkan keseruan lomba yang penuh ketegangan, lalu menampilkan chemistry yang baik saat Arthur berjumpa dengan Michael. Sebuah adegan dilematis di penghujung lomba jadi momen menyentuh dan menjadi pesan penting dalam film soal kesetiakawanan yang lebih penting dari apapun.

Secara teknis film ini memang tidak menampilkan keistimewaan dari sisi pengambilan gambar saat lomba, tidak ada shot-shot cantik, yang ada adalah penggambaran lomba yang ekstrim, penuh luka, penuh resiko, dll. Meski berlatar hutan tropis eksotis, namun film ini menekankan pada berbahaya dan ekstrimnya medan lomba. Tapi satu sekuens adegan melibatkan ‘flying fox’ yang berbahaya menjadi favorit kami dalam memberikan level ketegangan tinggi. Sebuah sekuens adegan yang sulit dari sisi pengambilan gambar, namun dieksekusi dengan baik dan sangat meyakinkan.

Dari sisi akting Mark Wahlberg (The Patriot’s Day, Boogie Nights) menjadi ujung tombak yang meyakinkan. Karakter Michael ia mainkan penuh gairah, yakin menang namun juga memiliki keraguan yang terlihat dari matanya. Wahlberg seakan sudah fasih memerankan karakter seperti Michael. Simu Liu (Shang Chi and The Legend of Ten Rings, One True Loves) memberi warna dengan karakter semi antagonis yang kerap membantah Michael. Tengilnya dapat, tapi juga likable, sangat mudah disukai.

Dua karakter lain, Olivia dimainkan dengan baik oleh Nathalie Emanuelle (Fast 8, series Game of Thrones) yang menunjukkan kerapuhan namun juga tekad kuat. Motivasi ikut lomba Olivia yang terkuak sebelum lomba membantu karakternya memiliki journey yang layak diikuti penonton. Sementara Chik milik Ali Suliman (The Swimmers, Deserted) barangkali jadi karakter minor yang diam-diam bakal banyak disukai penonton. Kondisi cedera Chik tidak melunturkan perjuangan Chik membuktikan dirinya masih ‘belum habis’.

Kesimpulan Akhir

Bagi kami, Arthur The King adalah film yang istimewa, layak disaksikan oleh banyak penonton. Kisah yang kami kira tentang perjuangan seekor anjing menemukan rumah layak, ternyata lebih dari itu. Film Arthur The King adalah tentang perjuangan para manusia untuk membuktikan diri mampu menghadapi berbagai rintangan dan hadangan, namun tetap utuh dalam satu tim, dan Arthur sang anjing liar menjadi bagian dari tim tersebut. Arthur menemukan rumahnya di dalam tim Michael dkk.

Kisah nyata inspiratif, seru, penuh ketegangan dan haru ini dapat disaksikan dalam film Arthur The King yang akan tayang di bioskop Indonesia, mulai Jumat 22 Maret 2024.

Tinggalkan komentar